Minggu, 12 Desember 2010

Antologi Oktober-November 2009

(I)
Usah kau sembunyikan tatapan
Sebab cinta akan bicara dengan bahasanya
Meski jauh kau karamkan dalam hati
Ia kan bersenandung dimatamu
Jangan salahkan keraguan
Bukankah kita semua sedang berharap baik
Akan kasih tibanya kesetiaan
Prasangka hanya akan buat kita terluka
Dan aku tak bisa memberi janji
Sebab asmara bisa datang dan pergi
hanya ruang dihatimu selalu kurindu
luluh segala keluh
Jika ini kali kau jujurkan diri
Padaku kan kau temui tempat berbagi.

(II)
Lantas kau bertanya waktu pada diriku
Bila esok mungkin berpaling
dan sedih berbilang
Aku ialah sungai mengalir pada samudera hatimu
Aku api dimataharimu
Aku lembayung saat senja menghampirimu
Temani kisahmu meski terjaga selama 1001 malam
Mengertilah dirimu akan kesungguhan
Sebelum rasaku hampa dalam ragumu.

(III)
Mungkin kita perlu kembali mengerti
Bilamana cinta kan temui jalannya sendiri
Seperti sungai kecil jua kan muara pada samudera
Lelah ini begitu menghantui
Kadang kita bersembunyi di balik dogma
Surut langkahku, lekang jerihku
Mungkin kita memang sebatas belajar untuk mencinta
Sejauh apapun jalan kulalui
Tanpa ketulusanmu, segala hanya kesiasia-an
kaulah api di matahariku.

(IV)
Duhai juwita diuntaian cahaya rembulan
Sekian kali kulukis wajahmu pada dinding malam
Seraya kuterka apakah jua disana kau pikirkan aku
akan asmara kita terjal penuh liku
Apakah sudah kau berserah
Jangan lagi kau kabarkan air mata itu
Hanya buatku semakin rapuh
Jika memang harus akhiri percintaan
Izinkan namamu kusemat diruang hati
Jadikan penawar sepi
Kau
Tak sanggup ku berkata lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar